DUKA SEPAK BOLA


Rangga Cipta Nugraha tidak saja meninggalkan duka paling dalam bagi orang tua, adik, dan saudara-saudaranya. Kematian Rangga juga bukan hanya membuat Bobotoh berduka. Kematian Rangga adalah duka bagi sepak bola Indonesia. Rangga adalah Bobotoh Persib, satu dari tiga korban meninggal akibat aksi brutal penonton (Sepak Bola) pada saat Persib  dijamu Persija Jakarta di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Minggu (27/5).

Bagi saya, kematian Rangga adalah imbas dari buruknya kinerja PSSI. Seandainya PSSI bisa profesional, misalnya dalam menjalankan roda kompetisi, tragedi yang menimpa Rangga tidak akan terjadi. Tidak adanya sanksi tegas terhadap pelaku kekerasan dan tindak unfairlainnya, baik di dalam maupun di luar lapangan, bukan hanya merusak fairplay dan sportivitas (dalam pertandingan) sepak bola .

Sekecil apapun tindak kekerasan, tak terkecuali dalam olah raga, telah menyuburkan bibit kekerasan bagi mereka yang datang ke stadion memang bukan untuk menyaksikan indahnya sebuah pertandingan. Sudah bukan rahasia lagi, Wasit kita jarang langsung mengeluarkan kartu merah bagi pemain yang melakukan pelanggaran paling brutal sekali pun. Wasit juga tidak berani mengusir pemain yang dengan nyata mendorong dan bahkan melakukan pemukulan terhadap dirinya.

Saya tidak mau menyebut wasit kita tidak punya nyali. Bahkan menurut saya wasit-wasit sepak bola di tanah air adalah orang-orang yang punya nyali besar karena berani berani memimpin pertandingan yang bisa saja mengancam keselamatan mereka. Ketika perangkat pertandingan seperti wasit terancam, pada titik ini kita pantas menanyakan peran dan kinerja PSSI. Karena sangat mungkin kekerasan yang tumbuh subur di dalam kompetisi sepak bola Indonesia, adalah buah dari tidak tegasnya PSSI dalam menerapkan aturan.

Di negara yang pengelolaan sepak bolanya sudah profesional, jangan harap pelaku kekerasan bisa berkeliaran bebas. Di Inggris misalnya, Dengan football Association-nya yang berwibawa itu, pelaku kekerasan yang merusak citra sepak bola akan dihukum seberat-beratnya. Pelaku kekerasan seperti yang dilakukan terhadap rangga, jangan harap akan bisa lagi masuk stadion. Pelaku kekerasan seperti apa yang dilakukan terhadap Rangga, akan dicekal seumur hidup.

Di Indonesia ketika pengurus PSSI lebih suka berseteru, kekerasan sepak bola jadi ancaman serius dan menakutkan yang bisa meledak jadi tragedi kapan saja.Ketika pengurus PSSI lebih suka berseteru dan melupakan apa-apa yang menjadi tugasnya, sepak bola Indonesia makin dekat ke tabir jurang kehancurannya. Pasalnya sangat mungkin FIFA segera mengetuk palu untuk memberi sanksi dan mencekal PSSI yang tak kunjung bisa profesional. ***

PENULIS: DENI AHMAD (Wartawan Tribun)

Pos ini dipublikasikan di Beranda. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.