ETIKA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


ETIKA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Oleh : Astu Widodo Widyaiswara PPPPTK BOE /VEDC malang

  1. Pendahuluan
    Perubahan lingkungan telah menjadi salah satu pemicu dari cara pendekatan baru dalam menjalankan roda institusi. Secara umum dapat dikatakan bahwa lingkungan dimana sebuah institusi berada atau beroperasi makin bergejolak, makin kompleks, makin sulit diramalkan. Agar supaya bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang bergejolak dibutuhkan mentalitas yang tanguh, kerja keras sekaligus kerja cerdas, namun satu hal yang tidak dapat ditinggalkan yang senantiasa harus dipegang teguh adalah “etika” dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab.

Beberapa dekade yang lalu, lingkungan masih tenang, pekerjaan bersifat sederhana, repetitif, orang bekerja dengan rekan kerja dari latar belakang yang relatif sama dalam waktu yang cukup lama, umur produk dan jasa yang dihasilkan relatif sangat panjang, mobilitas tidak begitu tinggi. Namun ketika lingkungan bergejolak, orang lebih sering melakukan pekerjaan berbeda-beda, bekerja dengan orang dengan latar belakang kultural bebeda, diseret kesana kemari oleh kepentingan dan nilai-nilai yang berbeda, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi usang atau kurang relevan.

Dalam keadaan yang sangat dimamik dan penuh ketidakpastian, dimensi kualitas manusia di luar kompetensi menjadi lebih diperlukan. Dimensi tersebut adalah etika kepemimpinan Kepala Sekolah, etika ini bersifat kekal, tidak berubah walau terjadi perubahan lingkungan sesering apapun.

  1. Pengertian Etika

Etika dari kata ethos (Yunani Kuno) berarti “kesusilaan”. Dalam bahasa Indonesia kata ethos menjadi etik atau etika yang berarti : norma, kaidah, aturan atau nilai-nilai. Etika kepemimpinan Kepala Sekolah adalah sikap dan perilaku kepala sekolah yang dilandasi oleh norma, kaidah, aturan dan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.

  1. Tujuan Etika Kepemimpinan

Tujuan etika jabatan adalah :

Memandu Kepala Sekolah dalam berperilaku
Menghindari perilaku negatif dan destruktif
Membentuk citra Kepala Sekolah
Menghayati Falsafah Pendidikan.

  1. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah dalam kepemimpinan dirumuskan dalam 12 langkah kepemimpinan :

  1. Tahu misi dan tugas pokoknya
  2. Tahu jumlah pembantunya
  3. Tahu nama-nama pembantunya
  4. Tahu tugas masing-masing pembantunya
  5. Memperhatikan kehadiran pembantunya
  6. Memperhatikan peralatan yang dipakai pembantunya
  7. Menilai pembantunya
  8. Mengambil tindakan-tindakan
  9. Memperhatikan karir pembantunya
  10. Memperhatikan kesejahteraan
  11. Menciptakan suasana kekeluargaan
  12. Memberikan laporan kepala atasannya.
  13. Perilaku Kepemimpinan Pancasila

Kepemimpinan yang bersumber pada Pancasila menurut Ki Hajar Dewantara dirumuskan sebagai berikut :

Ing Ngarso Sung Tulodo artinya melalui sikap dan perbuatannya Kepala Sekolah harus menjadikan dirinya panutan atau teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa artinya harus mampu membangkitkan semangat berkreasi pada orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani berarti seorang pemimpin harus mampu mendorong agar orang yang dipimpinnya berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Adapun norma kepemimpinan yang mendukung ketiga prinsip di atas adalah: berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, sederhana, penuh pengabdian, berjiwa besar dan mempunyai sifat ingin tahu.

Dijajaran TNI telah mengembangkan 11 azas kepemimpinan yang mencakup:

  1. Taqwa
  2. Ing Ngarso Ing Tulodo
  3. Ing Madya Mangun Karsa
  4. Tut Wuri Handayani
  5. Waspada Purbawasesa (waspada disertai kemampuan mengendalikan)
  6. Ambeg paramaarta (mampu memilih prioritas)
  7. Prasaja (sederhana)
  8. Satya (loyal kepada atasan)
  9. Gemi Nastiti (tidak boros atau hemat)
  10. Belaka (terbuka)
  11. Legawa (rela pada suatu saat menyerahkan jabatan pada penggantinya).
  12. Sikap dan Perilaku yang Perlu Dimiliki Kepala Sekolah

Beberapa sikap dan perilaku kepala sekolah yang perlu dimiliki menurut Pakpahan (1995):

  1. Tidak melaksanakan kegiatan sekedar menyelesaikan kegiatan, tetapi harus selalu jelas makna (value) dan kaitannya terhadap peningkatan mutu tamatan sekolah.

2.Tidak sekedar reaktif (hanya melaksanakan kegiatan jika ada petunjuk) tetapi harus proaktif (berinisiatif melakukan sesuatu yang diyakini baik) untuk peningkatan mutu pendidikan pada sekolah.

  1. Tidak bersikap bossy (pejabat yang hanya mau dihormati dan dipatuhi), tetapi harus menjadi leader yang komunikatif dan menjadi motivator bagi stafnya untuk lebih berprestasi.
  2. Tidak menjadi pejabat yang tanpa misi, tetapi harus memiliki tekad kuat untuk mencapai sesuatu yang bermakna selama dipercaya menduduki suatu jabatan.

5.Tidak masa bodoh (cuek) terhadap sesuatu yang kurang pas, tetapi harus memiliki kepekaan dan merasa ikut bersalah serta berusaha untuk mengoreksinya.

6.Tidak membiarkan masalah berlarut-larut tanpa penyelesaian, tetapi harus memiliki kemauan dan keberanian untuk menuntaskannya.

7.Tidak bersikap permisif (mudah mengerti, maklum, dan memaafkan kesalahan), tetapi harus berani mengoreksi secara tegas dan bertindak secara bijaksana.

  1. Tidak menyepelekan disiplin waktu dan hanya menyalahkan orang lain yang tidak disiplin, tetapi benar-benar menyadari bahwa disiplin adalah kunci keberhasilan dan menjadikan dirinya sebagai contoh.
  2. Tidak menjadi pejabat yang hanya bisa menikmati jabatan, tetapi harus menjadi pejabat yang memiliki tanggung jawab terhadap jabatan yang dipercayakan kepadanya.
  3. Prinsip-Prinsip Moral Dalam Etika Kepemimpinan
  4. Pakpahan dalam paparannya pada Kepemimpinan Sekolah, merumuskan 12 prinsip dalam etika kepemimpinan yang mendasari sikap dan perilaku yang baik dan benar seperti berikut ini.

1.Pemimpin yang baik menyadari bahwa hidupnya menjadi bermakna kalau kehidupannya memberi manfaat bagi orang lain. Jabatannya sebagai pemimpin menjadi bermakna kalau keberadaan dirinya sebagai pemimpin dirasakan memberi manfaat bagi orang yang dipimpin dan bagi masyarakat yang dilayani oleh organisasinya.

  1. Pemimpin yang baik menyadari bahwa dirinya tidaklah sempurna, karena itu :
    Melibatkan stafnya ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
    Terbuka menerima dan berusahan memahami pendapat orang lain.
    Tidak memaksakan peikiran atau kehendak sendiri
    Berani mengoreksi keputusan sendiri apabila ternyatasalah atau kurang tepat.

3.Pemimpin yang baik menyadari dirinya adalah figur yang paling dominan menentukan keberhasilan organisasi yang dipimpinnya, karena itu :
Membangun dan menjaga kredibilitas dirinya menjadi orang yang dapat dipercaya karena kemampuan dan kejujurannya.
Tidak menjadi sombong, sekalpun menjadi orang penentu

  1. Pemimpin yang baik menyadari, bahwa keberhasilan yang ia capai adalah keberhasilan melalui orang lain, karena itu :
    Menghargai prestasi masing-masing orang yang berkontribusi
    Memberi kesempatan berkembang bagi orang yang dia pimpin
    Memeilihara integritas dirinya sebagai sumber motivasi bagi orang yang ia pimpin
  2. Menyadari bahwa dirinya menjadi pemimpin karena ada orang yang dipimpin, karena itu:
    Dia akan selalu memperhatikan dan mendahulukan kepentingan orang yang ia pimpin
    Mendahulukan kepentingan orang yang dilayani sekolahnya
  3. Pemimpin yang baik menyadari bahwa dirinya adalah manusia biasa yang bisa berbuat salah. Karena itu:
    Membuka dirinya untuk dikritik
    Menerima kritik sebagai kebutuhan untuk mengendalikan dirinya dari kemungkinan berbuat salah
  4. Pemimpin yang baik menerima dan menghargai perbedaan sebagai rakhmat :
    Berbeda pendapat tidak berarti bermusuhan
    Berbeda pendapat berarti memperkaya alternatif
    Iklim yang menghargai perbedaan pendapat akan menyuburkan berkembangnya ide dan kreativitas
    Bhineka tunggal ika
  5. Pemimpin yang baik menggunakan kuasa dan pengaruh secara arif, sehingga:
    Menerapkan prinsip reward and punishment secara bijaksana
    Tidak memendam pada staf maupun atasannya
    Pemimpin tidak menghasut
    Pemimpin tidak menjadi sumber masalah
  6. Pemimpin yang baik memeliki sence of accountability :
    pertanggungjawab atas segala akibat dari keputusan yang diterapkannya, karena itu selalu mengantisipasi risiko dari setiap rancangan keputusannya tidak hanya merasa bertangungjawab kepada atasannya secara struktural, tetapi bertanggung jawab kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan organisasinya
    tidak melempar tanggung jawab kesalahan atau kegagalan kepada bawahan atau atasan.

10.Pemimpin yang baik menaati hukum dan menghargai aturan untuk menciptakan ketertiban mencapai keberhasilan:
Memberlakukan aturan secara konsisten, tegas, dan terbuka
Tidak membedakan orang dalam pemberlakuan komitmen

11 Pemimpin yang baik menghargai dan menghormati persaingan
Pesaing adalah partner berpacu untuk maju
Pesaing bukanlah musuh yang harus dihancurkan
Tanpa pesaing, organisasi akan cenderung status-quo
Menciptakan iklim yang sehat di dalam organisasi

12.Pemimpin yang baik mendengar suara hati nurani, memberi hikmat dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan terutama dalam proses pengambilan keputusan.

 

Pos ini dipublikasikan di Beranda, Share. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.